Selasa, 27 November 2012


YA HANDPHONE,..YA NASIB,..YA SUDAHLAH
Karya Saikhul Arif

Di tengah terik mentari diselingi dengan hembusan angin sepoi-sepoi disekitar proyek itu, terpancar suasana kekerabatan antar mereka. Mereka saling bekerja dan bercanda dengan begitu akrabnya, karena memang mereka sudah lama juga berkumpul di tempat yang sama. Ya, mereka adalah sekumpulan para pekerja di sebuah proyek bangunan yang terletak tidak jauh dari pusat keramaian kota, namun masih dikelilingi areal persawahan yang asri.

Yang agak mengherankan ketika melihatnya, proyek pembangunan rubrik itu (rubrik; rumah pabrik-maaf istilah yang muncul begitu saja di pikiran penulis-red) yang sedemikian luasnya, hanya dikerjakan oleh tidak lebih dari sepuluh orang pada setiap harinya, mungkin ini juga yang jadi alasan mereka menjadi akrab. Rubrik (sekali lagi rumah pabrik, karena memang di rumah itu sekaligus dipergunakan sebagai pabrik pembuatan roti-red) itu sangatlah mewah dan “mewah”. Mewah yang pertama adalah karena memang dari segi desain tampak seperti itu, sedangkan mewah yang kedua adalah mepet sawah karena begitulah lokasinya.

Seperti biasa saat menikmati jam istirahat para pekerja di rubrik itu melepas lelah bersama-sama diiringi dengan saling ngobrol dan bercanda tawa diantara mereka. Siang itu entah apa sebabnya Joko, salah satu pekerja mendatangi temannya yang bernama David.
”Vid, boleh minta nomer handphone mu?”
”Ya boleh saja, tapi kok tumben, memangnya ada apa?”
”Ya sudahlah, nih catat nomorku, miscall sekalian kalau kamu ada pulsa”

Sejurus kemudian selesailah acara miscall-miscallan itu. Kemudian Joko beranjak masuk ke dapur dan tak lama kemudian dia keluar kembali.
“Vid, kesini sebentar, ada yang perlu kubicarakan empat mata sebab tidak enak nanti jika terdengar teman yang lain” Joko merayu David.

David, yang terkenal pendiam, lugu namun lumayan cerdas karena mungkin terpengaruh oleh hobinya yang suka membaca, akhirnya menuruti rayuan Joko dan mereka berdua segera mencari tempat agak menepi.
“Emm.. ini, teman kita si Julaikah, Jupe...Jupe yang bantu bikin roti itu lho, Dia minta tolong ingin dibelikan handphone” kata Joko.
“Lha terus, kok aku yang jadi sasaran? Apa nggak salah sasaran?” balas David.
“Ya enggaklah, aku kan tahu kamu mesti langganan majalah bab per-handphone-an yang lumayan terkenal itu, Jadi kamu kan mesti mengerti apa dan jenis handphone mana yang baik dan mana yang buruk” lanjut Joko.
“Ya sudahlah… tak usahakan. Tapi nggak janji lho ya, tetap hubungan ya nanti tak sampaikan perkembangannya lewat sms” pungkas David.

Singkat cerita sore sepulang kerja David segera mencoba memulai perburuan. Setelah berkeliling kesana kemari tak dinyana peluang justru datang dari seorang teman masa sekolahnya, sebut saja Acong.
“Ini ada barang bagus asalnya juga dari teman kita,si Lia. Masih baru beli, nggak sampai seminggu dia minta tolong aku untuk menjualkan karena rupanya dia nggak bisa cara pengoperasiannya. Harga bisa diatur, tenang saja nanti kita bagi-bagi untungnya” kata Acong.

Setelah melihat-lihat kondisi barang yang dimaksud, David memutuskan, “Okelah kalau begitu, besok sore aku kesini lagi”.

Tak lupa David mengabarkan via sms kepada Joko “Beres, sasaran sudah didapat tinggal atur strategi”.

Keesokan harinya sepulang dari pekerjaan David segera bersiap kembali ke target operasinya. Seperti biasa, dia meminta bantuan ngojek kepada saudaranya, sebut saja Sitorus.
“Bisa kan ngantarkan aku ke desa sebelah, aku mau ngambil handphone yang mau kujual ke teman kerjaku?” Tanya David.
“Dimana itu?” Sitorus balik bertanya.
“Dekat Puskesmas desa sebelah” jawab David.
“Ooo…di situ ya, sebentar kalau begitu sekalian aku juga mau beli baterai handphoneku yang rusak kan juga satu jalur kalau kesana, sampean tunggu sebentar sambil nge-game kayak biasanya dulu” sahut Sitorus.

Detik demi detik, menit demi menit berlalu, tak terasa sudah hampir satu jam David berada di rumah Sitorus.
“Gimana, sudah ketemu handphonenya?” Tanya David ke Sitorus, yang rupanya dari tadi sibuk mencari-cari handphonenya.
“Waduh belum ketemu, aku lupa naruhnya, lagian handphone itu kondisi off, jadi nggak bisa dicoba misscall” jawab Sitorus.
“Ya sudahlah, aku naik angkot saja lah” kata David pada akhirnya.

Karena sudah menjelang malam ditambah masa-masa menunggu yang membosankan tadi, angkot sulit didapat. David akhirnya sampai di rumah Acong sesaat menjelang isya’.

Sesaat sebelum sampai di rumah Acong, David bertemu Ita, teman sekolahnya juga seangkatan dengan Acong dan Lia.

Sambil menenteng bungkusan tas kresek warna hitam Ita lebih dulu menyapa David “apa kabar, sudah lama nggak bertemu, mau kemana kok tumben kesini?”.
“Ya baik-baik saja kabarnya, ini lho aku mau ke rumah Acong. Ada urusan sedikit sudah janjian dari kemarin. Lha kamu dari mana?” balas David.
“Haha… kebetulan aku juga baru dari rumah Acong. Lagi iseng-iseng saja tadi habis maghrib dari rumah tetangganya, jadi sekalian aja mampir, kebetulan Acongnya juga lagi di rumah, mungkin nunggu kamu kok katanya tadi dia bilang lagi nungguin teman” sahut Ita.
“Eh sudah malam nih, sudah ya kapan-kapan main ke rumahku kalau dari sini tinggal ke seberang jalan sana. Kamu masuk gang yang ada pos kamlingnya, satu-satunya rumah bercat kuning dikompleks situ, tak tunggu lho” lanjut Ita.
“Baiklah…kapan-kapan tak sempatkan” kata David.sambil bergegas melanjutkan langkahnya menuju rumah Acong.
“Lho, Vid katanya mau datang sebelum maghrib, lha kok sekarang baru sampai?” sambut Acong ketika mereka bertemu di teras rumah.
“Hmm… maaf, tadi ada sedikit kesalahan teknis jadinya terlambat, terus gimana handphonenya?” jawab David.

Acong dengan wajah yang kebingungan, menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal “Emm.. begini Vid, wah susah ngomongnya”.
“Lho kenapa Cong?, apa harganya mahal, nggak apa-apa kok lha wong nanti juga kujual lagi dan calon pembelinya sudah jelas”.
“Bukan gitu, tapi.... waduh gimana ngomongnya ini” Sahut Acong masih dalam mimik kebingungan.
“Begini, tadi habis maghrib, kok ya tumben teman kita..Ita mampir kesini dan….” Belum selesai Acong berbicara, David menyela, “Haha… ya, aku tahu kok barusan aku juga sempat ngobrol sama dia”
“Hah!!!... waduh, kok malah jadi begini ceritanya” seru Acong kaget.
“Lho ada apa Cong? Ada yang salah denganku? Atau ada apa dengan cinta, eh Ita?” lanjut David.
“Wah… ya sudahlah, daripada aku tambah pusing, tak jelasin ya. Handphone yang kamu pesan kemarin itu…… barusan sudah dibeli oleh Ita” Kata Acong tanpa menatap wajah David.
“Ooooo…..” hanya itu yang bisa diucap oleh David setelah dia tercenung beberapa saat.
“Ya sudahlah, aku pulang dulu” akhirnya David berpamitan.

Sebelum pulang ke rumahnya, David mampir ke rumah Sitorus.
“Gimana, sudah dapat?” Tanya Sitorus.

Tanpa ba-bi-bu lagi David segera menceritakan kejadian yang barusan dialaminya.

Malam harinya David tidak bisa tidur dengan nyenyak karena membayangkan bagaimana caranya agar bisa menjelaskan permasalahan ini. Di lain tempat tak jauh dari rumah David, Sitorus pun tak bisa tidur dengan nyenyak, menyadari kesalahannya yang tidak segera bergegas mengantarkan David hanya gara-gara kecerobohannya meletakkan handphone. Dan sedikit agak jauh dari rumah mereka, Joko menjelang tidurnya membayangkan beberapa lembar puluhan ribu bakal didapatnya dari usahanya bersama David. Sementara di lain tempat, si Julaikah yang sudah terlelap bermimpi asyik berfacebook-an dengan menggunakan handphone barunya.

Apa yang terjadi keesokan harinya antara David, Joko dan Julaikah yang berada di satu tempat kerja?. Tak tahulah, karena seharian Sitorus menuliskan cerita singkatnya seperti yang anda baca ini setelah ia merasa tersindir melihat update status terbaru dari David.
lepet dibongkos godong
kalah cepet malah dibongkos wong

***



PROFIL PENULIS
Nama : Saikhul Arif
TTL : Malang 07-06-1983
Tinggal di : Jl. Bromo VI/35 Sisir Kota Batu
Alamat FB : http://www.facebook.com/saikhul.arif.5?ref=tn_tnmn


Tidak ada komentar:

Posting Komentar