Selasa, 27 November 2012


MONAPARTE DAN BONALISA
Karya Ann Volta

“ayaaah!” jerit Bonalisa tiba – tiba, mengagetkan seluruh isi rumah (termasuk: kursi,meja,lemari hias,kasur dan benda lainnya yang tengah beristirahat).
Ayah berlari tergopoh – gopoh menuju sumber suara. Ketika melihat sang anak ngesot – ngesot sambil mengeluarkan suara tangisan dan matanya yang basah (karena diberi obat mata agar terkesan dramatis), beliau membenarkan kacamatanya. Bermaksud apakah yang dilihatnya itu nyata atau maya.
“ayah, hu-wa-ha-ha-ha-ha..-hiiks.., akyu toh udah nggax sangghup lagy, yah! Akyu udah cafek, kak Mona qezam, yah! Dia ngancurin remot control mobil-mobilan aku, huhikshuhu. Mendingan akyu loncat dari pahon, hhh, togwe.” keluh Bonalisa lebay.
Ayah yang mendengar pengakuan konyol anaknya, hanya bisa menggeleng – geleng kepala persis seperti disalah satu video klip Project Pop.

Seling 4sekon, kakak kandung dari Bonalisa menghampiri adik dan ayahnya dengan kecepatan 0,2/s. Ia juga melaporkan kasusnya pada Yang Mulia Hakim Ayah. “ayah, lihat! Barbie kesayanganku gundul gara – gara Bona.”
“Bona,Mona..kalian masih aja seperti anak kecil. Masa kamu (Mona), laki-laki kok main Barbie? Kamu juga (Bona), perempuan kok mainnya mobil-mobilan?” omel ayah.
“kami emang masih kecil!” sanggah kedua anak tersebut serempak, “kami dibawah 17tahun!”
Ayah menepuk-nepuk jidat, apaaa lagi motif mereka supaya aku stress lagi ngeliat tingkah mereka,huh!. Beliau menggeram tak jelas sambil meninggalkan Bona dan Mona.
Mona kembali ke kamarnya dengan muka masam, sedangkan Bona masih ngesot-ngesot. Konon, waktu Bona berumur 3tahun, Bona bercita-cita ingin jadi suster ngesot. Katanya, suster ngesot nggak hanya bantuin dokter nyembuhin pasien, tapi juga bantuin tukang pel ngepel rumah sakit (ckckck).
***

“nghnghngh..” Monaparte masih terlelap dalam tidurnya. Mo-na-par-te. Bocah ini berumur 13th. Kelakuannya bertolak belakang dengan adiknya yang berumur 11th. Mungkin pembaca pada aneh ya, kenapa Monaparte suka bermain Barbie dan Bona suka bermain mobil-mobilan? Gini ceritanya…
Once upon a time, jreng jreng jreng jreng… sang kakak sedang membawa gulungan kabel elektronik untuk percobaannya. Bonalisa yang saat itu membawa sebaskom air untuk memandikan barbienya, tersandung kabel yang terbuka bagian karetnya. Tentu saja Bona kestrum, Mona juga ikut-ikutan kestrum saat hendak ke kamar adiknya. Alhasil, 5% pribadi mereka tertukar. Maksudku, Monaparte ngga jadi cucok gitu, hehe! Selera permainan mereka saja yang ketukar. Jelas?
……

Eh, kau bertanya kenapa nama depan mereka juga ketukar? Sini deh, aku jelasin.
Sebenarnya, nama mereka ngga ketukar. Dabun mereka (baca:bunda), terobsesi dengan nama Napoleon Bonaparte dan Monalisa. Cuma, saat akan menamai kedua anaknya, Dabun ketukar 1huruf depannya, M dan B. So, namanya menjadi Monaparte dan Bonalisa.
Oke, kembali ke situasi awal.
Monaparte masih tidur dengan terbalut 2 selimut. Nyenyaaak sekali, bagai pangeran tidur abad 21. Namun, lagi asyik-asyiknya terlelap dalam mimpi, tercium aura jahil adiknya.
“hmmm..hendak apa kamu, Bona?” selidik kakaknya yang matanya masih terpejam, berada diatas kasur .

Bonalisa yang ketahuan hendak menjahili kakaknya itu lari gelagapan kekamarnya. Ugh, sial! Umpatnya dalam hati. Hampir saja aku berhasil menumpahkan larutan sambal, coklat, dan jeruk nipis ke kepalanya!
“hihihi.” Mona cengengesan setelah mengintip adiknya yang sedang kesal. “dasar jahil! Untung saja aku mencium keusilamu, huuu! S’lamet s’lamet!”
Tapi.., tak sesuai harapan awal deh. Walau Mona selamat pada awalnya, sepertinya ngga untuk kali ini.
Saat dia balik badan, benang yang disiapkan Bona untuk rencana B membuatnya tersandung dan menjatuhkan larutan sambal, coklat dan jeruk nipis ke kepalanya. Aljabar, eh, maksudku alhasil seluruh wajah dan badannya belepotan. (wahahaha).
Untuk rencana B yang kusiapkan tadi, sepertinya berhasil, hihihi! batin Bona senang. Berhasil! Berhasil! Berhasil, HORE!
***

Teng.. teng.. teng..
Jam berdentang 3kali, menunjukan pukul 12 siang tepat. Huuu, pasti panas banget ya! Lumayan buat pesta barbeque (yang jadi dagingnya manusia yang berjemur dibawah sinar matahari), hehe. Sama seperti kedua bocah ini. Yang tengah asyik bersantai dihalaman belakang rumah seraya berkipas-kipas.
Glek glek glek glek… srluuup..ahh…

Monaparte menghabiskan segelas es lemon buatan Dabunnya. Kayaknya haus banget, tuh! Sampe-sampe tak tersisa setetespun.
“cih! Aku ngga disisain! Kakak yang kejam dan tidak manusiawi, hewani juga syaitoni!” cibir Bonalisa manyun.
“Dabuuun! Aku mau es yang kayak kak Mona!” peritah seraya berteriak bocah yang diikat 2 ini pada Dabunnya yang ada didapur. “yaaaaa!” jawab Dabun.
Bonalisa kembali berkipas-kipas dan bersenandung kecil, meureunkah urang bakal sasarengan walau terbentang walungan antar kota hooo goodbye. Bae weh rek hakan kerupuk jeung nginum opat botol jamu hooo goodnight.

3jam kemudian…
Oahem! Bona menggeliat dari ketidurannya gara-gara kelamaan nunggu si es teh dua gelas, ups, es lemon dari tadi. “kak, Dabun mana? Esku mana?” tanyanya pada Mona yang tap dance dikeyboard laptopnya. Jawaban: menggeleng tanda ngga tempe (tahunya habis dan belum sempet beli kepasar).
“yah, sudahlah. Aha! (ting! - bola lampu bersinar). Kakak tunggu disini, ke-o?”

Bonalisa berjalan ke gudang, mengambil kock dan raket. Lalu kembali kehalaman. “dudududu..”
“mau ngapain? Main badminton ya? Kok raketnya satu? Main sama setan? Atau pohon itu? Kenapa kamu ngga pake topi? Kan panas lho..” tanya Mona berkubik-kubik. Eh, kan salah! Bertubi-tubi!
“siapa-siapa yang mau main badminton, sok tempe!”
“terus itu raket buat apa?”
“liat aja sendiri.”
Kock ditaruh diatas rumput yang pendek, rumput ini biasa juga disebut rumput jepang, konon rumput ini dibawa dari negeri sakura tersebut (lho? Lho? Kok jadi sejarah?). Kemudian raket diayunkan dan memukul kock layaknya gaya pemain golf. Tuk! Tuiii..ng! Benda terlempar dengan mulus.
Bona menyipitkan mata untuk melihat sampai mana benda yang dilemparnya itu mendarat. Dia melihat dari atas kebawah, semakin kebawah, semakin kebawah.. dan GOL! (hey, ini bukan ajang sepakbola).. dan oh, ternyata kocknya masih berada ditempat semula saudara-saudara. Tapi kenapa? Fakta menyebutkan bahwasanya yang terlempar itu adalah raketnya, wahahaha!

Monaparte yang melihat tingkah laku adiknya, tertawa terbahak-bahak, sampai guling-guling, batuk-batuk, muntah-muntah, diare, panas tinggi.. eh, ngaco!
“Bona.. Bona. Dasar abnormal!” ejek kakaknya.
“enak saja aku abnormal! Aku ini ngga waras, tempe, puas?”
“wahahaha…”
Mona tertawa lagi. Tapi tawanya tak sepuas yang pertama. Diapun kembali berkutat dengan laptop berwarna silver itu.

Beberapa milidetik kemudian, Dabun membawa setangki (baca:segelas) es lemon dari dapur. “nih, es lemonnya.”
“lho Dabun, kenapa baru jadinya sekarang? Perasaan aku mintanya 3jam, 27menit, 5sekon yang lalu.” heran Bona.
“Dabun tadi lupa, malah masak ikan paus asam pedas. Jadi lama, maaf ya Bona. Dan… kamu ngapain Mona?”
“oh, Dabun. Aku lagi cari beasiswa ke jepang. Yah, sebenarnya aku cari pertukaran pelajar yang seumuran denganku.” ungkapnya. “kalau bisa yang jadwal pemberangkatannya bulan ini.”
“ada apa gerangan? Kok kamu berpikiran untuk ke jepang? Kamukan baru 13tahun.”
“Bun, soalnya temanku ada yang ke jerman karena beasiswa online. Katanya sih..”

Dabun menghela nafas, “Mona-Mona, kamu ini aneh-aneh aja, tapi Dabun doakan kamu dapat beasiswanya. Oke! Oh, oh, Dabun jadi lupakan! Aduh, semoga sup isopoda parasitisopodanya ngga gosong..”
“ya ampun, Dabun.. makanan apalagi itu? Tiap hari nama makanannya makin abnormal aja.” gerutu Bonalisa.
“yap! Kayak kamu tuh, abnormal, hahaha..” Mona mengejek dan tertawa lepas lagi.
“huh, kakak jahat! Kakak emang ngga berperikemanusiaan dan berperiketumbuhan! Kyaa!!” Bona menyerang kakaknya dengan gemas dan sedikit kesal.
***

Ting tong! Suara bel berbunyi nyaring.
“aku pulang!” teriak Mona dari pintu. Namun tak ada yang menjawab. Begitu hening.
“eh, pada kemana? Gada orangnya nih.” gumam Mona bingung.

Monaparte mencari keseluruh ruangan, dari ruang kamar, ruang TV sampai bangun ruang. Tetap tak ada orang. Akhirnya, kaki Mona menuntunnya ke dapur dan didapatlah Dabun yang sedang sibuk dengan ritual masak (yang sepertinya sudah turun menurun naik menaik itu).
“Bun? Dabun?” panggilnya. Tapi Dabun masih sibuk berkomat-kamit.
Ya Allah, Dabunku kenapa ya? Masak apalagi dia? batin Mona.
Tak lama dari itu, Bona datang seraya membawa seekor ayam yang ngos-ngosan gara-gara dikejarin sama Bona. Tubuh ayamnya penuh dengan keringat, sedangkan tubuh Bona berlumur air selokan dan lumpur.
“nih Dabun, udah ayamnya.”
“oh ya. Kasih ayamnya ke ayah, nanti biar ayah yang motong ayamnya. Eh, Mon, kapan pulang?” tanya Dabun yang sadar akan kehadiran anaknya.
“o em ji! Bun, daritadi aku disini. Ckckck. Bun, mau masak apalagi sih? Kok ayamnya diuber-uber gitu? Kenapa ngga langsung mesen aja kewarung atau tukang sayur?”
“Dabun mau masak ayam bau keringet. Dabun dapat resep ini dari keraton Aceh, katanya biar lebih gurih rasanya ayamnya harus diuber-uber dulu biar keringetan.” tutur beliau.
Ckckckck.

Sementara Dabun dan Bona sibuk memasak ayam bau keringet, Mona menceritakan kegembiraanya disekolah pada ayahnya. Dia nyerocos panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume balok.
“Yah, aku dapat beasiswa ke jepang! Aku seneng banget! Tadi disekolah ada beberapa orang dari jepang yang mencari anak didik untuk sekolah dijepang selama 1tahun. Kriterianya si anak harus termasuk 3 besar kelasnya dan disaat dites kembali nilainya harus diatas 95. Juga harus fasih berbahasa jepang. Dan aku lulus kriterianya, Yah! Jadi 3hari lagi aku berangkat kejepang, dan semua biaya ditanggung mereka.”
“wah, selamat Mona.. ayah doakan semoga semuanya lancar ya! Memangnya siapa aja yang lulus tes itu?”
“ehmm, aku dengan nilai 97, Sekar nilainya juga 97, Dwi nilainya 99 dan Gabus mendapat nilai sempurna.”
“oh, begitu ya..”
Setelah banyak mengobrol, makanan telah matang dan siap disantap. Sangking semangatnya, Mona sampai memakan piring dan sendok yang ia pakai (memang kelaparan-_-). Tak hanya itu, dia terus berceloteh heboh pada Dabunnya dan adik kesayangannya (hoeek!). Mulutnya belepotan, mirip bayi yang baru belajar makan, haha.
***

Bona memang ngga pernah habis akalnya untuk mengerjai sang kakak. Bahkan waktu itu, dia berniat memasukan bom dan petasan kedalam makanan kakaknya. Ya kalau sudah jadi hobi mau digimanain lagi? Tapi itu adalah hobi yang tak masuk akal menurutku. Mungkin saja menjadi salah satu top grade hobi terunik sedunia-wkwk.
Dan kali ini, dia bakal ngejailin Mona (lagi!yang ke 2897) dengan memasukan cicak kemakanan Mona, menaruh ular-ularan (awalnya mau ular beneran sih, tapi si ular menolaknya gara gara kebanyakan job syuting Awas Ada Ular!-wahaha) ditempat tidur Mona dan menyebarkan ratusan ribu difanteri semut merah ke dinding kamar kakaknya itu (dan lagi lagi ada satu pasukan semut yang minta cuti buat tugas tersebut karena harus jadi bintang video klip di ‘Kisah Kasih diSekolah’ – malu aku malu pada semut merah yang berbaris didinding menatapku curiga seakan penuh tanya sedang apa disana, menunggu pesanan basoku datang).
Dia segera bergerak ketika Mona tengah lengah, bak seorang agen mata mata professional. Srek srek.. bush.. trak..semua jebakannya terpasang dengan cepat dan perfecto.
Sesegera mungkin dia kembali kekamarnya agar tidak ketahuan (tapi percuma, mau dia nyumput atau tidak Mona sudah hafal betul itu pasti ulah adiknya). Namun sayang, jalannya terhenti setelah melihat sebuah tiket di atas meja belajar kakaknya. Bona memperhatikan tiket tersebut secara teliti. Hah? Tiket kejepang?! pekiknya dalam hati.
Duk! Duk! Duk!
Bona kaget mendengar kakaknya itu menaiki tangga ke arah kamarnya. Dia panik. Dengan segenap tenaga yang tersisa, Bona rela relain ngerayap dinding kayak spiderman. Ngga tahulah gimana caranya. Yang penting dia bisa lolos dari sergapan Mona.
Krieek.. Mona membuka pintu kamarnya dan..
Tiga Dua Satu.
“BONALISA!!” jeritnya dalam kamar.
Mission is done!
***

“hey, kamu yang ambil tiketku, Bona?” tanya Mona curiga.
“ya. Kok cepet banget sih pergi nya?”
Bocah laki-laki berambut semi coklat itu menjitak kepala Bona penuh kekesalan, “huh, dasar! Aku nyariin tu tiket dari dapur tikus ratatouil, ke pulau tutup botol sampai sarang spesies Echrotuiphokushivalejtgqzenamqwe yang entahlah kingdom apaan itu ternyata tiketnya sama kamu!!”

Adiknya mengeluh ampun. Meminta belas kasihan dari mavia cilik Mona yang masih saja menguyek-nguyek kepala adiknya. Dia memberikan tiket dengan gemetaran pada kakaknya. Monaparte menyambar tiketnya kasar serta mata yang menyala-nyala memberi tanda awas-kamu-macam-macam-atau-kau-aku-cincang.
“ampun tuan ampun.” pinta Bona. “tapi, kak. Kenapa cepet banget mau perginya? Masa’ lusa sih?”
“yaiyalah, sengaja tau biar aku terbebas dari kesengsaraan yang tiap detik kamu buat. Jebakan inilah itulah..bla..bla..bla..untuk itu aku ambil hari yang cepat dan tuhan mengabulkannya. Kalau tidak segera, aku bisa mati penasaran dan menghantui seluruh penghuni rumah ini gara-gara ulah hobi kamu yang abnormal itu.” bebernya dengan nada masih kesal.
Wajah Bona murung entah kenapa, dia jadi bete tingkat dewa setelah mendengar alasan kakaknya. Lalu berjalan lemas ke kamarnya. Mona juga bingung mikirin alasan kenapa adiknya tiba-tiba berganti facemood. Mungkin raja neptunus akan menghunuskan trisula dan mengutuk adiknya karena banyak berdosa, haha. Lupakan!
***

Hari ini adalah hari terajaiiib sedunia. Biasanya kamar juga semua tempat tujuan Mona sudah tersebar perangkap jahil Bona. Mulai tingkat satu yang masih kecil efek sampingnya sampai tingkat 793 yang resikonya subhanallah sesuatu banget. Sebab mengatakan Bona kali ini ngga melakukan apa-apa (maksudku dia masih bernafas dan semua organnya masih bekerja kok), dia ngga naruh semua alat jahilnya apalagi bersenandung ria penuh kepuasan.
Karena heran, Mona memutuskan untuk bertanya pada adiknya langsung. Tapi jawaban yang terlontar dari Bona adalah.. “selamat hari kebalikan! Jadi aku bukan aku seperti biasanya, yang selalu mengerjai kakak sekarang aku jadi anak yag baik hati tidak sombong dan rajin menabung. Yah, sebenarnya aku terinspirasi dari spongebob. Juga aku kehabisan ide buat ngerjain kakak, hehe.-_-v”
Astaganaga samber gledek!
“jujur aja deh, kamu ada maunya kan? Nggakan mungkin kamu berhenti ngejailin aku apalagi habis ide, bukannya ide ide gila kamu tuh selalu mengalir deras layaknya air terjun Niagara, hah?”

Bonalisa mendengus, “ya ampun elo tu deh lo hello, sumpah hari ini emang gue tuh ngga lagi kepingin buat ngerjain lo kakak tersayang (hoekk!)”
“oke! Aku harap kamu sadar dan tetap seperti hari ini, de.” katanya seraya meninggalkan Bona.
“de?” Bona mengeryit, “baru kali ini kakak memanggilku dengan sebutan ‘de’. Sungguh menarik!”
Mona menuruni tangga menuju dapur untuk menjenguk ibunya yang sedang memasak makanan normal kali ini, sup dengan sambal terasi ditambah beberapa irisan daging goreng. Hmm! Dia duduk dimeja makan, memejamkan mata sesaat dan melakukan hal boring sedunia (mengetuk-ngetukkan jari ke meja).

1 jam kemudian..
Tuk tuk tuk..
“kau kenapa, Mona? Yang mau pergi ke jepang kok malah BT gitu?” goda Dabun yang masih sibuk mengulek solsepatu eh salah sambal maksudnya.
“Bun, ngerasa ada yang aneh ngga hari ini sama Bonalisa?”
“aneh gimana? Lho.. terasi mana ya.. oh ini..”
“ya dia ngga ngejailin aku terus bersikap manis didepan aku. Aneh kan Bun, pasti ada yang dia rencanakan sebelumnya.. hh..” Mona berfikir negative.
“haha..” Dabun tertawa, “ya ampun. Dia tak merencanakan sesuatu kok, sungguh. Kau tempe? Maaf tahunya habis dipakai masak pepes tahu tadi, jadi bukan ‘kau tahu’ malah ‘kau tempe’. Oke. Tadi malam, Bona tidak bisa tidur. Lalu dia bercerita pada Dabun. Dia bilang: kenapa harus lusa kakak perginya? Apa tidak bisa ditunda? Apa karena aku selalu menjadi hal yang aneh dan selalu mengerjainya?. Ya dia berkata seperti itu sama Dabun. Dan 1 hal yang dia katakan pada Dabun, dia bilang: Bun, Bona ngga mau kakak pergi. Apa kamu tak menyadarinya, Mona?”

Mona tertegun. Dia menghela nafas panjang dan menjeduk-jedukan kepala ke meja makan yang terbuat dari kayu jati.
“Mona.. jika kau paham, dia takkan melakukan semua aksi jahilnya tanpa alasan. Pasti ada alasan dibalik semuanya.” ucap Dabun mengelus-elus kepala anak sulungnya.
“…”
“dia terus menjailimu karena.. dia ingin bermain denganmu. Karena setiap kali kalian selalu bertengkar, dia ingin hal itu tak terjadi lagi. Tapi kamu tak pernah mengerti maksudnya. Dia ingin mengajakmu bermain dan sepertinya kamu tak menghiraukannya, Mona. Kamu malah memarahinya. Maka dari itu, dia terus menjailimu.”
“tapi Bun, bagaimana aku mau main dengannya kalo dia terus ngejailin aku?”
Dabun tersenyum, “begitulah cara bermain yang dia inginkan. Dan satu hal lagi, sejahilnya dia terhadapmu.. dia tetap menyayangimu dan tetap menghargaimu sebagai seorang kakak.”
***

Mona berjalan keruang TV dengan berpakaian rapih dan membawa 2 koper sedang. Hari ini Mona akan berangkat ke Jepang. Take offnya sih, jam 2siang nanti. Tapi semangat 45 Mona sudah membara, jam 9pagi ini dia telah bersiap-siap.
“kak? Jadi perginya?” tanya Bona ragu.
“ya jadilah. Sayang dong kalo dilewati.” jawabnya mantap, “emangnya kenapa?”
“oh.. ngga papa.” Bona kembali memakan cemilannya.
“Bon, tolong beliin daun salam ke warung sebelah ya. Dabun mau masak sayur asem pedas pahit manis asin.” perintah Dabun. “ya Dabun.” anaknya menuruti.
Bona berangkat sempoyongan. Rasanya malaaas sekali untuk berjalan, padahal warung itu berada disebelah rumahnya. Dia membeli beberapa daun salam dan kembali berjalan kerumahnya.

Mona berniat untuk menyusul adiknya kewarung. Entah disengaja atau tidak, sebuah motor melaju kencang yang memiliki kecepatan 4000km/jam (motor atau jet tuh??) dengan mulus menabrak Bona setelah mendorong kakaknya agar tidak ketabrak motor tersebut (awal ceritanya sih, kakaknya yang mau ketabrak. Tapi diselamatkan oleh pahlawan bertopeng dari komik shinchan, alias Bona. Jadi Bona yang ketabraknya..). Sialnya, motor itu kabur begitu saja (ada yang aneh ngga pemirsa? Masa ada ya motor melaju kencang terus kabur? Kemana pengemudi nya? Atau jangan-jangan punya nyawa lagi? hi…).
“Booonnaaa..” Mona berteriak. Introducing: gerakan di-slowmotion.
Dia menghampiri dan memeluk erat Bona. Menangis tersedu-sedu sampai air matanya menjadi danau yang sekarang sering dikenal sebagai danau Mona diSumatra Utara. Dengan mimik yang dibuat sok dramatis, Mona berkata sambil terisak “pliz, lo jangan tinggalin gue.. gue ngga bisa hidup tanpa lo..hohoho”. Yang ditangisi membalasnya tak kalah dramatis, “gue tahu, pliz juga relain guee.. gue ngga kuat lagi, hh ngiik.. go-od biye.”. Yang menangis menjerit lagi, “jangan pergii! Tanpa lo gue.. ngga bisa bayar hutang!”. Sangat menyedihkan pemirsa dan.. HELLO! Ini bukan cerpen atau sinetron romance ya. Oke. Kembali ke cerita.

Mona menggotong dan membawa adiknya yang berlumur darah dibantu beberapa tetangga kerumah sakit terdekat. Dan saat dirumah sakit…
“maaf, bu. Bona mengalami pendarahan, tapi stok darah dengan golongan yang sama dengan Bona sedang kosong. Jadi kami berharap ada yang mau mendonorkan darah bergolongan O secepatnya. Apa golongan darah ibu O?” tutur dokter.
Dabun terlihat cemas, “aduh, golongan darah saya A, dok. Suami saya yang O, tapi beliau sedang ada diluar kota. Masa aja sih, darahnya harus ditransfer lewat bank? Kan ribet.”
“darahku golongannya O!” pekik Mona dengan wajah penuh harap.
“baiklah. Ayo kita masuk kedalam, suster tolong ambilkan suntikannya.” perintah dokter.
***

“ughh..” Bona mulai tersadar dari pingsan selama 4jam 27menit 31detik. Dabun juga Mona tersenyum senang.
“hai Bon! Aku lega kamu sudah siuman.” ungkap Mona.
“memangnya aku kenapa?” tanya Bona polos.
“kamu tadi ditabrak motor. Lalu pingsan dan akhirnya dibawa kesini, nak.” jawab Dabun lembut.
Bona ber-oh panjang. Dia melihat kakaknya tersenyum ikhlas padanya, membuatnya heran. Bukan karena senyuman yang diberikan tapi karena kenapa kakaknya masih berdiri ditempatnya. Seharusnya, Mona sudah berada dibandara karena setengah jam lagi dia akan berangkat ke jepang.
“tidak, Bon. Aku akan tetap disini.” ucapnya, “Kalau ayah ada disini pasti aku akan pergi, tapi karena ayah ngga ada, kamu sakit dan cuman Dabun yang menjaga kamu aku tetap disini. Karena jika aku tetap pergi Dabun pasti mencemaskan tiga orang sekaligus, yakan?”
“haha, peduli juga.”
“yalah. Maaf ya de, aku bukan kakak yang baik. Aku sering memarahimu. Aku ngga pernah respon caramu mengajakku bermain. Maaf ya. Dan bahkan alasan aku untuk pergi ke jepang sepertinya menyakitimu.” tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulut Mona.

Bona langsung memeluk Mona yang berada disampingnya erat, “aku tahu. Aku sayang kakak.”
“aku juga.” kata Mona membalas pelukan adiknya. “aku punya hadiah untukmu.”
“apa?!”
“ini dia!!” dengan entengnya Mona memberikan anak tikus yang masih berwarna merah pada Bona. Dia tahu kalau adiknya itu takut tikus, apalagi bayi tikus. Haha, kesempatan dalam kesediahan. Oh salah ya, ya sudah lupakan.
***

Nah, dengan ini berakhirlah sudah sepotong jurnal abnormal ini. Yang harus kau tahu, camkan pesan dalam cerita ini dalam dirimu. Jangan hanya tertawa ketika membaca ceritanya (ya aku tak melarangmu untuk tertawa sampai guling-guling atau muntah-muntah ngga jelas). Oke. Akhir kata, sekian dari saya. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata atau apapun itu. Sampai jumpa disekelebat cerpen berikutnya. Merdeka saudara-saudara!!



PROFIL PENULIS
Nama : Ann Volta
Email : zadanindita@yahoo.com
Add fb : zulvi adanindita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar